Selasa, 15 November 2011

Intervensi Farmakologi DM

Intervensi farmakologis sangat diperlukan bagi penderita diabetes mellitus. Intervensi farmakologis meliputi: OHO (Obat Hipoglikemik Oral), terapi insulin khususnya bagi penderita DM type 1, dan obat hipoglikemik oral.
·      Obat hipoglikemik
Sulfonilurea
Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, memepertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.
Indikasi pemberian obat golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stress akut,seperti infeksi berat (Junadi dalam Riyadi dan Sukarmin, 2008: 87).
Semua Sulfonilurea meningkatkan berat badan dan beresiko menyebabkan hipoglikemi, menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl serta menurunkan HbA1c sampai 0.8–1.7% .
Karena  obat menyebabkan hipoglikemi berat, maka dosis yang diberikan sekecil mungkin dan harus dimonitor GDP sampai 110-140mg/dL. Generasi pertama (Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, and Chlorpropamide) sudah tidak digunakan lagi (terutama di US) karena meningkatkan reaksi obat dengan obat lain.
·      Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi (Junadi dalam Riyadi dan Sukarmin, 2008: 87).
Efek samping penggunaan obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia, neusea, nyeri abdomen dan diare. Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan hati dan ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau insufisiensi cardiorespiratory.
·      Tiazolidindion
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitifitas insulin pada jaringan otot dan adipose dan sedikit menghambat produksi glukosa di hati. relatif aman untuk pasien gangguan ginjal karena dimetabolisme di hati dan dikeluarkan melalui feses. 
§  Pengahambat Glukosidase Alfa/Glukosidase Inhibitors
Generik: Acarbose (Glucobay) lansung menurunkan GDPP. Bekerja dengan cara menghambat absorbsi karbohidrat pada usus halus,  absorbsi dextrins, maltose, sucrose, dan KH tergangu dengan pemberian acarbose tetapi tidak menghambat penyerapan glucose dan lactose. 
Dimakan bersamaan suapan pertama pengobatan dengan Arcabose dapat menurunkan GDP sampai 35–40 mg/dl dan HbA1c sampai 0.4–0.7%.
Terapi Acarbose tidak menyebabkan peingkatan berat badan atau hipoglikemi (karena hanya berefek lokal), KI yaitu gangguan hepar, ginjal (keatinin>2mg/dl) dan GI. Efek samping dari obat ini adalah peningkatan flatus, nyeri abdominal, dan diare. 
§  Terapi Kombinasi Insulin
Cara kerja Insulin adalah Fungsi utama mengkounter hormon peningkat glukosa dan mempertahankan gula darah normal, menstimulasi lipogenesis, menurunkan lipolisis dan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel, menstimulasi pertumbuhan, sintesis DNA dan replikasi sel.
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis yang penting menurut cara kerjanya (Junadi dalam Riyadi dan Sukarmin, 2008: 88), diantaranya adalah:
a.         Cepat: RI (reguler insulin), dengan masa kerja 2—4 jam. Contoh obatnya adalah Actrapid.
b.         Sedang: NPN, denga masa kerja 6—12 jam.
c.         Lambat: PZI (Protamme Zinc Insulin), masa kerjanya 18—24 jam.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu (8—20 unit) disesuaikan denga reduksi urine dan glukosa darah.
Indikasi terapi insulin:
a.         DM tipe 1/IDDM.
b.         DM tipe 2/NIDDM yang tidak berespon dengan pengobatan OHO.
c.         DM tipe 2 dengan stress.
d.        Penurunan BB yang cepat.
e.         Ketoasidosis diabetik.


Referensi:
Leslie.1991. Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Jakarta: ARCAN.

Brunner & Suddart.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8. Jakarta: RGC.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar